Rabu, 19 September 2012

#WritingClass - Menulis Fiksi Tak Semudah Kelihatannya

No comments    
categories: 
Sekarang tiap minggunya saya punya alasan untuk terus berkarya dan memacu diri. Hore!

Jadi udah tahu kan saya ikutan Gradien Witers Audion - Kelas Jarak Jauh? Nah di #GWA ini, tiap minggunya peserta diberikan dua tugas untuk mempertajam kemampuan fiksinya. Bagi penerbit, ajang tugas ini adalah untuk menyeleksi penulis berbakat yang lolos dibuatkan buku.

Jujur, waktu ikutan, saya cuma mau nemenin Ayu aja. Tapi, makin kesini, saya kok makin tertantang untuk nulis fiksi. Semacam pengen tahu kemampuan saya sampai mana. Pertama niatnya iseng, makin kesini saya makin antusias untuk belajar dan menang :D

Gambar dari :  http://pinterest.com/pin/23784704252103137/ 
Tiap tugas yang diberikan Gradien memiliki tingkat kesulitan yang bertahap. Kayak tugas pertama yang meminta penulis mendeskripsikan orang jatuh cinta dan menarasikan senja. Begitu baca tugasnya, saya langsung berseru "Astaga ini jebakan!". Kenapa saya bil ang gitu, karena tugas mendeskripsikan orang jatuh cinta ini paling sulit, paling menantang, dan paling mengecoh. Ya bayangin aja orang jatuh cinta, susah ngedeskripsiinnya. Kadang ketawa, kadang nangis, kadang cenberut, kadang bertingkah nggak rasional. Nah, bingung kan. Seorang sutradara kondang seperti Alex Sihar aja mengaku memvisualisasikan keadaan jatuh cinta ini sungguh luar biasa kompleks.

Tapi akhirnya saya berhasil melewatinya!

Demi menyelesaikan tugas pertama dengan baik, saya bolak balik membaca beberapa fiksi penulis favorit saya, membaca buku panduan menulis fiksi, memikirkan adegan dengan seksama, dan nama para tokohnya agar khas. Fiuh, suatu riset yang tidak sederhana. Kalo orang bilang gampang nulis fiksi satu lembar, hah mana sini orangnya? Mau lihat kayak apa tulisan fiksinya :D

Nah, sampai di tugas minggu kedua yang lebih menantang. Kami diminta menuliskan adegan reaksi saat ada tamu tak terduga dan sahabat yang masuk UGD. Jujur, ini menguras imajinasi banget. Perlu hati-hati agar nggak jadi klise dan kacangan. Fiksi juga harus rasional, kan!

Di tugas ini juga, rentang jumlah kata yang diterima sangat berpengaruh. Dan rentangnya tipis, sodara sodara! Di tugas UGD, bahkan selisih rentangnya hanya 50 kata. Ini menguras banget di bagian pengeditan. Saya berkali-kali harus membuang beberapa kalimat tak efektif agar jumlah katanya sesuai. Bahkan, karena merasa nggak dapet feel dari fiksinya, saya memutar adegan sedemikian rupa agar jumlah kata pas dan feelnya dapet.

Proses nulisnya sih sebentar. Proses editnya ini yang sampai berhari-hari. Belum lagi ada tahapan pengendapan ide, pengendapan tulisan, dan lain-lain. Pengendapan ide dibutuhkan agar otak kita sanggup mencerna ide tersebut dengan detail dan memberikan ruang untuk beberaa detail terbentuk menjadi sempurna. Pengendapan tulisan berguna agar selagi proses pengeditan, kita sudah memakai kacamata "orang luar". Jadinya beberapa kesalahan pengetikan dan sudut pandang penulis bisa diedit dengan cerdas.

Nggak gampang kan?

Dengan ikut Gradien Writer Audition, insting penulis saya dipertajam. Saya sekarang hobi memutar beberapa sudut pandang suatu kejadian agar mencakup semua poin penting untuk ditulis. Harus cerdas ngedit juga. Ini sih yang penting.

Dan yang paling penting dari semua ini, saya senang melakukannya :)

Gambar dari :  http://pinterest.com/pin/269230883944609956/

-- hit me on @dinikopi

0 respon:

Posting Komentar

Itu sih kata @dinikopi, menurut kamu?